Sabtu, 12 November 2016

Aku

Sebuah kisah cowok bego yang sengaja gua ambil dari kehidupan semi nyata , kisah seorang cowok dengan kepribadian yang unik . Mengapa gua bilang unik? Kaerena memang  sifat, watak,dan perilakunya yang sangat berlebihan. Dan pastinya beda dari cowok cowok lain atau dengan kata lain langka.

“kring-kring” Bunyi nada dering dari telphone gengam yang sekarang lazim di sebut samrtphone. Lagi Lagi si cowok yang bernama Ayip bangun kesiangan, Tanpa mengambil handuk atau peralatan mandi lainya dan tanpa berfikir panjang langsung menggendong tas di punggung untuk bergegas berangkat ke kampus yang pastinya juga tanpa memperdulikan kain yang menempel di tubuhnya.  Cowok Dungu yang hidupnya kurang berprinsip dan yang  bercita cita memberangkatkan bapak ibunya haji 3 kali ini memang terkenal sosok yang agak baik di kelasnya.
“Selfie Bareng yuk” ajakan salah satu cewek di kelas itu yang kita kenal dalam cerita sebagai Yani kepada Ayip . Sekitar berfikir lama kurang lebih sampai upin ipin lulus SMA “ Gak mau “  dengan kata sok ayip menolak. Dua kata bulshit yang bikin si pendengar menjadi pengen muntah “ Kalau jelek jelek aja, gak usah sok “ mungkin itu yang ada dalam fikiran Yani.
Cukup sekian, cerita ini bukan berkhisah tentang ayip ataupun tentang cita citanya memberangkatkan haji bapak ibunya. Cerita ini tentang gua, tentang cara berteman gua , cara bergaul gua, dan cara gua menentukan harus kemana hati gua berlabuh. Gua bingung siapa sebenarnya yang pertama menyebut kata baper dalam kehidupan ini? Who is? Carikan? Dan bawa kemari suruh nemuin gua. Mungkin kalau gua nemuin orangnya hal pertama yang gua lakuin adalah mengganti kepalanya menjadi kepala paman mutu dan gua goreng di penggorengan martabak manis special. Tapi lagi lagi semua ini bukan masalah siapa pencipta atau penemu kata baper karena secara harfiah ada atau tidaknya kata baper rasa yang seperti itu tetap akan ada di hati seseorang , karunia Allah tidak bisa di dustakan dan tentunya tidak mungkin tidak beralasan .
Gua tidak pernah percaya dengan kata sahabat, jujur kata bulshit yang satu ini sangat mengganggu di telingga saya jikalau terdengar. Ingin rasanya aku menyumpal mulut para omnivora yang dengan lagaknya mempublikasi kata “ sahabat Selamanya “ dengan bom molotov 409 biji. Sejak kecil cara berteman gua adalah dengan membawa mainan mainan terbaru gua kerumah teman teman gua, secara lantang salah satu teman gua mengatakan kata Bulshit lagi sehingga a membuat gua pengen mimisan dengernya. But its okey, wait!! Bukanya gakpapa sih emang gua terpaksa kalau gak dengan cara itu siapa yang mau berteman dengan gua. Siklus tersebut berjalan bertahun tahun sampai gua SMA.
Pada saat gua SMA seperti  biasa prinsip hidup gua tetap berkuasa tanpa pengecualian yaitu anti dalam mengajak kenalan terlebih dahulu teman baru gua dan walaupun pada akhirnya jarang juga yang mau berkenalan dengan gua.  Yang awalnya Gua mimisan kalau dengar kata sahabat secara perlahan mimisan itu hilang ketika gua bertemu teman yang bisa menerima gua apa adanya tanpa harus gua punya ini punya itu. Jujur sosok yang seperti ini yang gua dambakan sejak gua belum di buahi oleh sperma ayah gua. yang akan merubah pandangan gua terhadap sahabat berubah. Bener bener teman dalam artian sesungguhnya, gua gak bisa bilang apa apa tapi satu hal gua gakmau kehilangannya. my Close Friend Begitu cara gua menyebutnya.
Itu Sekilas tentang cara berteman gua sampai gua nemuin jati diri agar tidak lagi dimanfaatkan oleh oknum oknum yang tidak berperikemanusiaan. Next, tadi gua sempet menyinggung “Baper” Baper itu sendiri memiliki kepanjangan bawa perasaan. Hah? Bingung gua awalnya, ada lagi kata alay yang menggannggu di tenggorokan gua , ketika menyebutkan kata baper seperti halnya gua makan pisang dengan panjang 15 cm dengan diameter 5 cm tanpa dikunyah.
Tapi tidak dapat terelakan Baper telah mejadi bagian dari hidup gua. Seorang wanita yang pertama kali mengajarkan gua apa itu baper. Terkadang memang yang dibilang Raditya Dika idola gua bener bahwa memang manusia pasti akan menjumpai patah hati yang paling dalam dan mungkin ini patah hati gua yang paling dalam. Patih hati yang hampir membuat gua putus asa. Segudang harapan sirna, iya!

Mungkin untuk sebagian orang susah bangkit dalam patah hati paling dalam seperti halnya kutipan raditya dika pada film koala kumal . Membuat nangis? Iya! Membuat tidak bisa tidur? Pasti. Dalam hal ini gua terlena dengan perhatian perhatian yang menurut gua sangat bikin gua merasa nyaman yang akhirnya bikin gua Jatuh cinta. Tapi gua juga lupa bawasanya perhatian perhatian itu bukan hanya buat gua. Di situ gua sadar Gua milih mundur karena gua sama sekali tidak pantas. Gua akui gua sayang gua akui gua gakmau kehilangan, tapi lagi lagi gua gak ada pilihan selain ngaca. Karena menurut hukum efek dopler yang gua pelajari di fisika kelas 6 SD satu satunya yang pantas buat orang kayak gua adalah bayi kerbau yang lahir prematur di bulan maret. Camkan!!!!!!! 
Read More ->>

Minggu, 21 Agustus 2016

Sebuah kisah gadis wowok

MR. MATA MATA

"Telat lagi?? Makanya, baca komik jangan sampe’ malem.  Kesiangan deh tuh!”

Glekk.  Baso yang belum terkunyah sempurna nyaris melesat masuk ke kerongkongan.  Dari nomornya aku tak kenal.  Siapa yang mengirim sms iseng begini?

“Paling temen kelas kita.”  Tiara berkomentar.

“Kalo nggak, fans rahasia.”  Marsya tak mau kalah.

Entah siapa, awalnya tak begitu aku pedulikan.  Tapi pada akhirnya kami sibuk menerka sembari bercanda, lalu diikuti tawaan cuek.  Seolah kini kami punya mainan baru.

 
Tebakan pertama jatuh pada Arifin.  Cowok culun, berkacamata minus, dan selalu membawa bekal dari rumah.  Rumornya, siswa kutu buku ini memang diam-diam sering mencari informasi apa saja terkait dengan kepribadianku.  Tapi jika melihat pembawaannya yang polos, juga jemarinya yang selalu bergetar saat akan berbincang langsung denganku, rasanya mustahil dia berani mengirimkan sms tadi.  Kuteliti lagi gaya bahasa sms yang cenderung berani.  Pastilah bukan dari orang bertipe seperti Arifin.

Marsya mengetuk-mengetukkan jemari di atas meja, tampak berfikir.  Sepertinya ia tengah bersiap meluncurkan tersangka nomor dua.

“Bastian!!”  Suara alto Marsya cukup membuat seantero pengunjung kantin mencuri pandang.  Aku dan Tiara kompak ber-sstt ria sambil menebar senyum kanan kiri, sebagai pertanda bahwa tidak ada masalah.  Hening beberapa detik.  Tiara memajukan bibirnya, melakukan analisis.  Matanya melirik-lirik lucu, di tambah lagi jari telunjuk kanannya terangkat ke atas, menambah ekspresi geli dari gadis yang hobinya berkepang dua ini.  Sementara Marsya kini tampak membetulkan kerudung yang sejatinya baik-baik saja, sambil berkaca di etalase makanan kantin yang kebetulan terletak persis di samping kursi kami duduk.  Cewek campuran Minang Sunda ini baru seminggu yang lalu memutuskan untuk berkerudung, masih canggung.

Bastian memang petakilan dan suka iseng.  Tak terhitung bilangan jari ia pernah mengusiliku di kelas.  Menyembunyikan buku tugas, mencoret alas duduk dengan kapur, menyimpan ular karet di laci meja, dan yang paling mengesalkan adalah saat ia menempelkan kertas bertuliskan ‘SAYA MAHKLUK PALING WOWOK DI DUNIA’ di punggungku, tepat ketika aku bertugas menjadi pembawa bendera di lapangan sekolah.  Dan bodohnya, saat sontak seluruh peserta tertawa, aku malah menangis bak anak TK.  Memalukan.  Pastilah Bastian merasa menang saat itu.  Baiklah, usulan ‘tersangka’ dari Marsya sementara bisa diterima.

“Tapi Bastian kan nggak pernah pegang hp.  Dia sendiri bilang, hp dipake’ hanya untuk di rumah, karena gantian sama kakaknya yang kelas tiga.”  Tiara mengajukan keberatan.  Betul juga.  Sms tadi terkirim pada jam istirahat, sedang Bastian baru akan bermain dengan hp saat sore atau malam hari.  Tersangka kedua kembali ditolak.

Bagaimana dengan Vino?  Anak ini selalu menjadi sainganku dalam hal prestasi akademik.  Sayangnya, ia tak pernah bisa menyusul peringkatku, selalu terpaut satu angka di bawah.  Mungkin saja dia iri dan bermaksud mengerjaiku dengan sms misteriusnya.  Ah, tapi tipe study oriented semacam Vino, apa iya seiseng itu?  Belum sempat aku mengusulkan nama ini, bel berdering-dering kencang.  Istirahat telah usai.

***

Selama beberapa hari setelah siang itu, kami tak lagi sibuk bermain terkaan, seakan lupa sudah dengan sms sok tau dari pengirim yang entah siapa.  Aku menganggapnya angin lalu.  Tetapi satu pekan kemudian aku kembali tersentak.  Sms itu datang lagi, dengan nada sok taunya yang lebih menjengkelkan.

 
“Ketinggalan bis sekolah kok jadi hobi siiih??  Teledor amat jadi orang.  Emang kamu nggak bisa bangun lebih pagi apa?!”

Deretan umpatan telah aku ketik dan siap diluncurkan, namun urung aku menekan tombol send.  Aku tak mau terlihat kalah.  Biar saja mr. Misterius itu merasa bahwa aku sedikitpun tak terusik.  Biarlah dia tampil sebagai pihak yang kalah.

Tapi sekuat apa aku berusaha untuk tak peduli, tetap saja hati kecil merasa terganggu.  Bagaimana seakan dia tahu tentang segala kejadian?  Apalagi beberapa sms setelahnya cukup membuat terngaga.

 
“Abis kepleset di kamar mandi ya?!  Kaya’ anak kecil aja!”

“Ciyee, yang punya note book baru.”

“Aduh-aduh, keasyikan nonton kartun sampe’ lupa ngasih kucing kesayangan makan?!  Penyiksaan itu namanya!”

"Menurut ilmu pencernaan, teh manis itu untuk dialirkan ke kerongkongan, bukan buat ditumpahin di meja saat sarapan!”

“Barusan ketemu kecengan?  Kenapa nggak disapa?  Malu ya?  Emangnya nggak punya hidung?”

Hei!  Siapa orang ini?  Keterlaluan!  Sungguh telah lancang memasuki kehidupan pribadiku.  Pastilah dia memata-matai.  Oh aku tau, gelar mr. Mata-mata lebih pas rasanya.

Gimana dong.  Aku males nih.  Apa-apa dikomentarin.”  Kepada dua karibku aku kembali mengadu.

Sunyi.  Masing-masing terpekur dalam pikiran serius, hendak mencari solusi jitu.  Marsya telah lebih dulu meluncurkan penyelidikan, meski hasilnya nihil.  Namun kerja kerasnya mengekori Bastian patut aku hargai.  Entah mengapa, seakan punya dendam pribadi, Marsya tetap kukuh menjadikan Bastian sebagai tersangka.  Ia rela bermain kucing-kucingan, memata-matai aktivitas Bastian selepas jam sekolah.  Namun dari hasil laporannya, tak satupun bukti menjurus kepada cowok petakilan berambut nyaris keribo itu.  Info yang aku dapatkan justru melahirkan simpati.  Bastian ternyata anak yang berbakti dan suka membantu orangtua.  Sungguh di luar praduga.

Beberapa tersangka baru pun telah pula satu demi satu diselidiki, tapi masih jauh dari bukti otentik.  Sudah nyaris sebulan kami bermain detektif-detektifan.  Hobi membaca detektif conan ternyata tak banyak membantu.  Aku malah seperti siswi kurang kerjaan, meneliti hal remeh yang ternyata hanya berakhir sia-sia.  Kami lelah dan rasanya ingin mengibarkan bendera putih.  Tapi sms demi sms terus saja meluncur tanpa perasaan.  Membuat geram saja.

Satu-satunya jalan yang belum aku tempuh adalah bertanya langsung kepada sang pelempar sms.  Sepertinya ini jalur terakhir, setelah semua usaha tak juga menampakkan hasil.  Baiklah, akan kutempuh, meski belum pasti akan sesuai harapan.

“Akhirnya dibales juga, he he.  Mau tau aja atau mau tau banget?”

Balasan yang membuat jemari bergetar, kesal.  Ingin rasanya kuberondong lagi dengan cacian yang lebih menyakitkan.  Tapi pada akhirnya, yang terkirim hanyalah sebaris kalimat santun, setidaknya menurutku.

“Kamu tau dari mana semua kejadian tentang aku??!  Kamu ngikutin aku ya!”

“Hei , perlu diketahui, aku terhitung manusia sibuk.  Nggak ada waktu buat sekadar ngikutin situ ke sana-sini.” 

Sibuk katanya?  Lalu mengirim sms hampir setiap saat apa tak menyita waktu.  Jika saja ada di depan mata, telah kutarik leher bajunya, kuputar-putar, lalu kulempar hingga menembus langit-langit.  Tak peduli sadis, yang penting amarah tersalurkan.  Oh tidak, aku terlalu banyak mengkhatamkan komik antagonis.  Meski dongkol, tapi masih kubalas juga pesannya.  Kepalang tanggung.

“Terus?  Tahu dari mana??!”

“Tak perlu memancing, ikan datang dengan sendirinya.  Tak perlu mencari tahu, informasi terpampang dengan suka rela.  Coba teliti, kepada siapa saja kamu bercerita?  Dari salah satunya aku dapatkan segala apa yang ingin aku tahu.  Bahkan hal-hal yang sebenarnya tak perlu aku ketahui.”
Perlahan kucerna rangkaian kalimat yang kali ini cukup panjang.  Butuh beberapa kali aku membaca ulang.  Obrolan berbalas ini belum aku sampaikan kepada Marsya dan Tiara, karena ide ini sempat mendapat penolakan tegas dari Tiara.  Menurutnya, bertanya langsung kepada mr. Mata-mata sama saja dengan menyerah.  Sendirian aku coba menelisik makna dari balasan sms terakhir tadi.

Kepada siapa?  Aku hanya bercerita kepada dua karib saja.  Tapi siapa di antara mereka berdua yang tega berbuat usil semacam ini??  Lalu siapa pula sebenarnya sang mr. Mata-mata? Saudara dari salah satu di antara dua sahabatku kah?  Kelelahan beranalisis selama ini akhirnya bermuara pada satu kecurigaan.  Satu di antara mereka telah iseng.  Iseng yang sungguh keterlaluan.

***

“Lis, ke ITC yuk!  Ketemuan di perapatan deket sekolah ya.”

Kuacuhkan sms Marsya.  Pasti anak itu sedang bersama Tiara.  Sudah beberapa hari ini, aku sengaja pulang sekolah sendirian.  Entah mengapa kecurigaanku rasanya kian menguat.  Dan kini, aku membungkam, tak hendak membuka cerita mengenai apapun.  Aku yakin mr. Mata-mata akan kehilangan bahan.  Sumber informasinya pun kini tak lagi bisa membagi berita.

Apa maksud salah-satu dari sahabatku berbuat tak patut, mengerjai hingga aku lelah memelihara prasangka.  Nyaris seluruh penghuni kelas pernah masuk dalam daftar tersangka.  Fokus belajar pun terpaksa aku bagi, demi menguak kasus yang sempat membuat demikian risih.  Aku membayangkan betapa bahagianya sang pembuat onar, saat melihat aku berhasil masuk dalam jebakkannya.  Apalah lagi jika pembuat masalah ini ternyata begitu rapat jaraknya dengan keseharianku.  Ah, pasti mereka ingin prestasiku melorot jauh.

Ya ampun, su’udzonku keterlaluankah?  Tapi rasanya masuk akal.  Atau malah justru keduanya terlibat, bersekongkol.  Kutepis pikiran buruk yang kian parah, dengan mulai menjelajah melalui layar android.  Seperti biasa, jejaring sosial menjadi awal penjelajahan yang wajib aku telusuri.

"Hei, jangan berkurung dalam kamar aja.  Tar jamuran lho!”

Hah!  Setelah beberapa hari raib, sms misterius kini kembali.  Belum sempat aku menutup sms, sebuah pesan segera mengikuti,

“Bokap nyokap liburan ke Bali?  Kasian deh nggak diajak.”

Kasus ini kian membuatku tak nyaman.  Sepertinya aku harus mengkaji ulang tuduhan kepada dua sahabatku.  Rasanya belum sempat aku menceritakan masalah ini kepada siapapun, termasuk juga kepada Marsya dan Tiara.  Dari mana mr. Mata-mata tahu bahwa saat ini aku sendirian, ditinggal oleh kedua orangtua yang berangkat ke Bali?  Jangan-jangan benar aku dimata-matai.  Mungkin orang ini justru tengah mengintai, tak jauh dari sekitaran tempat aku berdiam.  Oh Tuhan, lindungi aku dari segala tindak kejahatan.

"Nggak usah bingung, non.  Kan aku pernah bilang, aku tahu dari salah satu sumber, tanpa harus menguntit ke manapun kamu pergi.”

Sekarang, dari mana dia tahu bahwa aku sedang kebingungan.  Aku merinding, membayangkan penyekapan gadis di dalam rumah sepi, diperkosa, lalu di bunuh dengan sadis.  Mendadak sekeliling kamar menjadi horor.  Aduh, kebiasaan membaca komik detektif semakin melambungkan imajinasi.

“Prang!!”

Astaga, apa itu?  Sumber suara sepertinya bermula dari dapur.  Meski ciut, namun aku beranjak perlahan.  Mulut komat-kamit melafal doa, mata mawas mengawasi seluruh penjuru.  Aku baru menyadari bahwa saat sepi rumah ini ternyata sungguh menakutkan. Detak jam sebesar lemari yang bercokol di ruang keluarga, serasa mengetuk-ngetuk gendang telinga.

“Aaargg!  Astaghfirullah, Ciko!  Ngagetin aja!”  Huffh, baru ingat aku bahwa ada penghuni lain di sini.  Ciko, kucing hitam putih yang telah aku pelihara sejak hampir satu tahun.  Lagi-lagi aku lupa memberinya makan, hingga hewan manis itu protes dan nekat merangkak naik ke atas meja.  Miris aku menatap pecahan piring yang kini berserakan di sekitaran meja makan.

Setelah membereskan pecahan beling dan tuntas memanjakan Ciko dengan makanan kesukaannya, aku kembali mengkerut dalam kamar, lalu asyik menjelajah lagi bersama android.

“Ini kali yang keberapa kamu lupa ngasih kucing makan?  Kalo aku jadi kucingnya sih, mending kabur aja, cari tuan baru.”

Permainan ini sudah keterlaluan.  Meminta mama untuk segera pulang?  Rasanya tidak akan mungkin selama urusan di sana masih belum selesai, sedang masalah ini pasti hanya akan dianggap remeh.  Apa aku minta Marsya dan Tiara kemari?  Ah, biasanya memang mereka yang setia menemani saat orang tuaku harus berpergian dalam dinas luar kota.  Kini aku sendiri, dan benar-benar dalam ketakutan.

“Bisa nggak sih, nggak ngepoin terus??!”  Dengan keberanian yang dibuat, aku coba membalas kembali pesan singkat tadi.  Lama tidak ada jawaban.  Aku tetap waspada.  Kini seisi ruangan menjadi sangat mistis.  Aku menanti balasan dalam harap cemas dan ketakutan.

“Siapa yang ngepoin?  Kan kamu sendiri yang sukarela bercerita.  Aku dapet berita dari tempat curhat kamu.”

“Ngaco!  Kamu sendiri tahu aku sendirian.  Beberapa kejadian yang tadi kamu bilang, belum aku ceritain ke siapapun.”

Sepi lagi.  Pasti dia butuh mencari alasan yang lebih masuk akal.  Lima belas menit berlalu, barulah sebuah pesan singkat kembali menghampiri hpku.

“Yakin belum cerita??  Bukannya setiap selesai satu kejadian, kamu langsung curhat.  Inget-inget lagi deh.  Bukankah teman curhat itu tak selalu berwujud manusia?”

Apa?  Semakin gila saja.  Apa aku senelangsa itu, hingga harus ngobrol sama makhluk lain.  Siapa?  Hanya ada Ciko yang juga jarang aku ajak berbincang.  Makhluk ghaib?  Ih, amit-amit.

Kini, meski dalam pusing yang bertambah-tambah, keberanianku mulai stabil.  Mondar-mandir aku di dalam kamar, mencoba memecahkan teka-teki.  Mengapa dia begitu yakin bahwa aku sendiri yang telah bercerita kepada seseorang, eh, entah seseorang atau sesuatu, atau apapun.  Sementara aku begitu pasti bahwa belum sekelumit berita pun keluar dari kamar ini.  Apa?  Siapa?  Ah, Shinichi Kudo alias Conan Edogawa, bantu aku menuntaskan kasus ini.

Tumpukan komik Detektif Conan menggoda untuk kembali ‘bermain’.  Kubuka saja secara acak salah-satu komik.  Mungkin aku harus menelaah bahasa smsnya.  Sepertinya ini akan seru.  Baiklah, permainan dimulai.

 
Sebelumnya, seperti biasa aku meraih terlebih dahulu androidku, berselanjar ke dunia maya, menuju jejaring sosial, dan membuat update-an terbaru.

 
“Detektif Delisa, siap beraksi.  Dengar ya pengacau, aku tak akan pernah takut lagi!!”  Sebuah status  muncul di beranda.  Kali ini pasti akan mengundang banyak komentar.  Eh tunggu!  Aku tersentak, teringat akan sesuatu.  Kuteliti lagi kiriman sms terakhir.

 
“...Bukannya setiap selesai satu kejadian, kamu langsung curhat....”  Bagian ini rasanya menjadi kunci.  Setiap kejadian, langsung curhat.  Setiap kejadian, langsung tulis.  Ah, FACEBOOK!  Mengapa aku baru menyadari, bahwa selama ini aku memang sukarela berbagi cerita, segala pengalaman, kepada seluruh dunia.  Pantas jika semua orang tahu.  Astaga, bodohnya.  Hampir satu bulan tersita untuk memikirkan satu kasus, yang sebenarnya sama sekali tidak penting.  Oh Tuhan, entahlah setelah ini aku akan bisa tidur nyenyak, atau justru harus frustasi menahan malu.

Selesai. 


Read More ->>

Jumat, 20 November 2015

Tentang Guru Dan Sebuah kelas

         Bu Alin menangis di dalam kelas. Kami saling pandang, saling merapat dan berangkulan dengan perasaan getir. Semoga ekspektasiku tidak meleset terlalu jauh, kuharap tak satu pun dari kami ada yang tertinggal di kelas 12 IPS 3. Kelas yang membuat sudut bibir para guru terangkat sebelah sambil geleng-geleng kepala. Kelas yang menyebabkan Bu Alin tak henti-hentinya mengelus dada.
Perasaanku seperti diobrak-abrik ketika Bu Alin berjalan pelan keluar kelas. Meski berusaha untuk tersenyum, aku tahu pelupuk matanya berembun. Ada yang dia sembunyikan.
Bu Alin menghampiriku, dia menghela napas lalu melirihkan sesuatu, “Damar… Kamu harus berusaha lagi, Nak!”
***
Bobrok, onar, depresi. Itulah kami.
Dua minggu pertama berada di kelas dua belas, kami resmi menyandang label indah tersebut. Ya, kami adalah anak-anak bengal yang kebetulan bertempat di ‘markas’ yang sama, 12 IPS 3.
Pernah pada suatu senin pasca upacara, jajaran guru BP melakukan razia telepon seluler di seantero sekolah. Kami kelimpungan. Kelas geger. Dan tidak perlu waktu lama untuk bertahan pada kecemasan itu. Toh pada akhirnya hampir setengah dari kami berhasil diciduk ke ruang BP dengan kasus yang tidak sepele.
Blue movie!
Kami kedapatan menyimpan file-file film dewasa di dalam ponsel. Dan tidak hanya laki-laki saja, beberapa perempuan ikut terjaring operasi.
Jangan ditanya seperti apa kejadian selanjutnya. Wali kelas kami yang paling terkena imbasnya. Selain harus disemprot oleh kepala sekolah, sebagai guru muda yang masih baru, Bu Alin juga menerima sanksi sosial berupa sindiran dari para senior. Kinerjanya tidak baik, lah! Tidak tegas, lah! Dan Bu Alin hanya diam. Sesekali matanya berkaca-kaca.
Tidak sampai di situ, bulan kami masih berulah. Poin-poin pelanggaran semakin menggembung, masalah demi masalah tidak henti-hentinya menyikat habis kelas ini. Variatif sekali. Dari aku yang sampai berurusan dengan polisi karena menempeleng siswa sekolah lain, sampai aksi membolos massal ketika les wajib Matematika.
Setelah ditakut-takuti oleh Bu Alin tentang perkara ujian nasional yang horornya bukan main, kami berusaha menjaga sikap. Tapi hujatan dan lirikan tajam bertubi-tubi menohok kami. Guru-guru, adik kelas, kepala sekolah. Kami kenyang dibuatnya. Di sela-sela pelajaran pada hari-hari , para guru selalu menyentil dengan pedas. Begitu pun di kelas lain. Berdasar informasi yang beredar, mereka menjadikan kelas kami sebagai guyonan yang menurutku sama sekali tidak lucu.
Ck!
Pada akhirnya aku tahu, para guru hanya percaya dengan stereotip yang terlanjur melekat di kelas ini. Itu saja yang terpenting.
“Belajarlah dari anak-anak kelas IPA. Mereka pintar-pintar. Tapi tidak pongah seperti kalian,” ujar Pak Seno, guru Matematika kami pada suatu siang. “Mereka tahu apa yang akan mereka hadapi. Ada ketakutan jika tidak lulus. Jika gagal masuk perguruan tinggi negeri. Jika mengecewakan orang tua.”
Aku mendengus panjang lalu menidurkan kepala di atas meja. Siapa yang ingin mendengarkan orang yang punya hobi menyebalkan ini? Membanding-bandingkan kelas IPS dengan kelas IPA. Bah!
“Bapak bicara begini agar kalian ‘kobong’. Termotivasi untuk lebih rajin, syukur-syukur bisa melebihi anak-anak IPA. Tapi sepertinya kalian ini sama sekali tidak punya semangat untuk lulus.”
Tidak ada yang tidak ingin lulus, Pak… Tapi… ah, kini aku paham. Tidak ada kesempatan untuk siswa badung sepertiku.
***
“Contohlah anak-anak 12 IPS 3. Mereka solid, itu bagus. Seharusnya mereka pun sekompak itu setiap les,” ungkap Pak Mar ketika sedang bertugas menjadi pembina upacara pagi ini. Aku hanya berdiri dengan menumpukan tubuh pada satu kaki dan berada pada posisi istirahat di tempat yang tidak sempurna. “Ada keunggulan lain di kelas 12 IPS 3, mereka rajin sekali. Rajin mengunjungi Bapak di kantor, rajin menabung poin, rajin ‘berdiskusi’ dengan teman ketika guru sedang mengajar. Hhhhh!” Pria berkumis itu tersenyum remeh sambil menggelengkan kepala.
Tawa seluruh siswa menggelegar.
Dia itu guru BP. Mendapat pendidikan konseling yang cukup. Tapi tak sekali pun Pak Mar bertindak sebagai dokter yang berusaha menyembuhkan. Dia terus berlaku seperti seorang polisi yang ketinggian derajatnya bergantung pada seberapa sering menangkap bajingan-bajingan tengik di sekolah.
Para guru dan siswa lain masih menoleh ke barisan kami. Melihat tatapan maha melecehkan itu membuatku merasa sedang berdiri di ujung tebing dengan pecahan kaca di tangan kanan dan nadi teriris di tangan kiri. Beberapa temanku menunduk dalam-dalam, menatap sepatu. Mereka malu!
Di barisan para guru, kulihat sosok kecil tersempil di tengah-tengah. Bu Alin mengusap-usap mata dengan ujung jilbabnya.
***
Kejadian di lapangan upacara membuat Bu Alin bertindak lebih tegas dan berani. Beliau mengumpulkan kami sepulang les pada sore harinya. Aku lelah. Lelah dalam makna konotatif dan denotatif. Tapi… beliau merangkulku. Merangkul kami.
“Jadi badung bukan alasan untuk kalian berhenti berjuang. Kalian tahu? Anak-anak punk di Inggris dan Amerika sana pada nakal-nakal, tapi pinter-pinter. Mereka berprestasi. Banyak melahirkan lagu-lagu yang menginspirasi misalnya.” Bu Alin berkata di depan kelas. Membuatku terhenyak, dan menegakkan kepala. “Mereka meyakini satu hal, bahwa hebohnya penampilan harus disertai dengan hebohnya pemikiran[1].”
Anak-anak mendengarkan Bu Alin sungguh-sungguh. Tidak ada kesalahan kami yang disebut-sebut. Sebaliknya, Bu Alin justru membahas satu per satu kelebihan kami. Beliau tidak membanding-bandingkan kami dengan kelas lain, tapi membandingkan prestasi kami semasa di kelas sebelas dengan nilai-nilai busuk yang kami peroleh akhir-akhir ini. Kami bersama-sama mentertawakan kebodohan kami masing-masing. Dan tersenyum untuk satu pemahaman baru; Bu Alin peduli. Dia menerima keberadaan kami.
“Tapi, tidak masalah kalau kalian tidak sepintar anak-anak punk tadi. Percaya sama Ibu, kalian tidak harus pintar, tidak harus menjadi yang terbaik. Guru-guru akan tetap sayang asalkan kalian menurut. Tidak menyakiti hati mereka saat mengajar.”
Tidak ada alasan untuk mengelak lagi. Kami hanya manggut-manggut. Dalam hati, aku diam-diam berjanji, aku tidak akan mengecewakan beliau.
Mulai hari itu, anak-anak 12 IPS 3 menjadi lebih kompak. Kami bersatu dan saling mendukung. Kami juga membentuk kelompok belajar di bawah bimbingan Bu Alin langsung. Ketika salah satu teman terjegal kasus di sekolah, kami ikut keliyengan mencari jalan keluarnya. Begitu juga saat beberapa teman yang kurang mampu menunggak pembayaran menjelang ujian nasional, kami patungan.
Bobrok, onar, depresi. Itulah kami. Persahabatan, semangat dan harapan. Itulah kami.
***
“Damar… Kamu harus berusaha lagi, Nak!”
Beberapa teman menepuk pundakku. Bahkan anak-anak perempuan sudah mulai menangis. Tidak apa. Aku sudah melakukan yang terbaik. Aku cukup tahu diri selalu menjadi siswa paling bikin puyeng di sekolah. Lebih baik aku yang gagal, bukan salah satu temanku.
Aku tersenyum pedih menatap mata Bu Alin. Beliau membalas senyumku. Dengan bibir bergetar, bu Alin berujar, “Kamu harus berusaha lagi untuk berjuang di universitas. Kamu dan seluruh teman-temanmu. Kalian anak-anak ibu.”
Sesaat kami terdiam. Kemudian berhamburan memeluk Bu Alin dengan teriakan dan tangis yang meledak bersamaan. Di sela-sela rasa haru yang menggempur, Bu Alin mengatakan bahwa kami tidak hanya sekedar lulus, tapi nilai-nilai menjulang berhasil kami raih. Nilai Matematika dan Bahasa Inggris tertinggi dikantongi oleh kelas paling bandel di sekolah, kelas kami. Tidak hanya itu, tiga teman kami telah diterima di universitas negeri yang seleksi masuknya ampun-ampunan.
Bu Alin memberikan selamat kepada kami dan para wali murid dengan air mata bercucuran. Beberapa saat kemudian, Pak Seno selaku guru Matematika menyambut kami dengan suaranya yang selalu meletup-letup. Aku laki-laki, aku pria bandel, aku pantang menangis. Tapi saat ini, aku sedang sembunyi-sembunyi mengusap cairan yang mengambang penuh kebanggaan. Pada saat yang sama, dari depan pintu ruang BP, Pak Mar menggelengkan kepala dengan kedua tangan bertengger di pinggang. Dia lalu mengacungkan jempol ke arahku.
Terima kasih Bu Alin, aku mewakili seluruh semesta berterima kasih padamu. Guru kami yang luar biasa. Kuharap di luar sana, akan lahir ribuan guru sepertimu untuk siswa-siswa seperti kami. Kuharap...
Read More ->>

Minggu, 25 Januari 2015

Captai dan kapal Cruise


Aku terjebak di LA melalui minggu dan tidak bisa pergi
Dan kau sendirian di dermaga di West Palm Beach pada liburan Anda
Malam badai , re – terjaga sakit perut
Bahwa aku sudah diperoleh , dari merasa down
Hal terlihat muram dan aku sangat muak lelah
Lampu apartemen pergi gelap dan yang menyedihkan
Tapi apa yang bisa saya lakukan?
Jalan-jalan tengah malam merasa mati
Ketika saya jadi digunakan untuk mengemudi dengan Anda
Lampu terang mengisi malam
Dan skys biru mencerminkan di mata Anda
Seperti yang saya memeriksa dan menganalisa
Semua mimpi-mimpi saya tidak mengenali
Jika Anda masih ketika kapal-kapal di pelabuhan mempersiapkan untuk berlayar
Sisir pantai dan meletakkan bunga-bunga biru di ekor kuda Anda
Di dalam kepala saya suara Anda masih gemilang tapi apa yang bisa saya lakukan ?
Kamar kosong merasa dingin ketika saya jadi digunakan untuk berada bersama Anda
Menghitung bintang-bintang , menonton gelombang menyerap matahari musim panas
Dan memikirkan aku ketika Anda menjelajahi teluk-teluk kecil tersembunyi
Dan rantai pulau kecil di seluruh laut
Dapatkah Anda masih , mendengar suaraku
Ketika saya di luar , dari melalui telepon ?
Untuk apa itu layak , Sayang Sayang
Aku berharap kau ada di sini , karena aku merasa sendirian
Ketika Anda berada di rumah kami akan bernyanyi
Tapi karena Anda telah meninggalkan aku nggak mendengar apa-apa
Meskipun aku merasa sangat sedih
Aku tidak percaya hal-hal yang benar-benar buruk
Kapten lama dan baru kapal pesiar
Berlayar atas laut asin
Ketika saya jatuh meja kerja tercinta
Dan berenang melalui puing-puing
Aku akan memotong longgar meninggalkan rumah gila ini
Terikat untuk biru Atlantik
Aku akan berjalan-jalan menyusuri jalan treelined Anda
Dan mengarungi samudra dengan Anda
Read More ->>

Imposible

                                                                                                                                                                                                                                
Imposible
Karya manusia Freak


Di suatu tempat yang gersang terdapat dua spesies manusia sudah jelas yaitu laki-laki dan perempuan . ( Ini gua yang bego atau orang-orang udah pada tau?? :-0 )
Dua spesies manusia itu menyebut dirinya sebagai  Otong  yang notabene termasuk dalam spesies perempuan dan Iting termasuk dalam spesies Laki-laki.
{ Cukup sampai disini dulu perkenalanya, tidak usah menyebutkan nama pesbuk ataupun pin BB :-D }
          Di suatu hari tepatnya di tengah lapang yang gelap tepat pukul 13:00 WIB, si Otong dan si Iting berdansa di bawah terik panasnya matahari ( Bentar!! Kenapa kok gelap ya?? :-o aah sudahlah kembali ke cerita )
          Di saat mereka berdansa bersama sembari dengan tangan mereka bergandengan tangan, di saat yang bersamaan ada seekor singa jantan yang siap menyergap Iting. Pertanyaanya kenapa harus Iting?? Yap betul karena singa tersebut menaruh hati kepada si Otong dan bisa dikatakan telah jatuh cinta ( ciiieeeeee :-p ) dan singa itu pula tidak rela kalo Otong berduaan sama orang lain, itulah sebabnya si singa akan memangsa si Iting
          Hampir 30 menit singa itu bersiap melancarkan serangan, dia memutuskan untuk menggunakan strategi gerilya . di tengah pemikiran yang panjang si singa akhirnya mengurungkan niatnya dikarenakan melihat orang yang di sayangi begitu bahagia bersama manusia itu atau Iting. Hati sang singa pun tersentuh. Proses tersentuhnya hati singa yang di sebabkan oleh molekul-molekul cinta ini sering di sebut dengan Ngawurisasi. ( Baru tau kan?? :-p )
          0,98 second setelah proses ngawurisasi tersebut singa itu menghampiri Otong dan Berkata (  Inilah ungkapan hati si singa yang di siarkan secara langsung dari Indosiar, SCTV, dan Global TV. Serta di kutip dalam Kompas.Com )
          Kata si singa “ Sahabat-sahabat gua bilang ( ciieee singa punya sahabat,, jadi jealous niich J ) kalo gua harus bilang jujur hari ini. Jujur gua udah lama suka sama elo dan gua gak rela kalo elo sama orang lain, tapi sampai saat ini gua gak pernah bisa pantes buat lo. Elo baik, lo cantik. Banyak juga yang jatuh cinta sama lo, termasuk gua. Mungkin ini saatnya gua buat berkaca siapa gua? Gua hewan otong manusia L ( ehhhh baru nyadar lo nga,, kemarin kemana aja :-D ). Tapi Gapapa, karena jujur gua hanya pengen liat lo bahagia. ITU AJA
          Prok prok prok prok suara oplos para kameramen yang terkesan atas kebesaran hati si singa. 0,7 Detik setelah itu si singa pun jatuh cinta dengan salah satu kameramen dari Indosiar, seperti pepatah “ tidak ada bantal guling pun jadi” ( SINGANYAAA  LABIIIIL )
          Perjuangan singa pun berlanjut agar cintanya tidak bertepuk sebelah tangan kembali. Entah apa yang terjadi setelah itu ( Bolpoooin gua habiis, Maaf !!!! :-D )




Cloud Callout: Maaf ceritanya terlalu mainstream dan garing lagi. Penulisnya lagi BM
Nantikan cerita berikutnya yang di jamin bakal lebih seru J
 
Read More ->>

Selasa, 10 Juni 2014

Menjual Anjing yang Bisa Berbicara

Seorang lelaki telah membeli seekor anjing, tetapi seminggu kemudian ia bermaksud mengoper anjing itu kepada tetangganya: "Ini adalah seekor anjing yang bisa berbicara, 5 dollar AS kujual kepadamu, bagaimana, mau nggak?" "Anjing bisa berbicara, apa nggak salah? Aku seumur hidup ini tak pernah mendengarnya! Jangan main-main donk, kamu kira aku ini si tolol ya? Enak saja kamu berbual!" Juragan si anjing belum berbicara, anjing itu mendongakkan kepalanya dan dengan air mata berlinang-linang memandang tetangganya, kemudian berkatalah: "Pak, belilah diriku. Orang ini kejamnya bukan main! Selama ini ia tak pernah menyuapi makanan apa pun kepadaku, dan tak pernah mengijinkan aku mandi, juga tak pernah membawa diriku pergi keluar untuk main-main. Padahal aku adalah anjing yang paling pintar di dunia ini. Aku pernah mengucapkan pidato di banyak istana raja, aku pernah dinas di dalam pasukan tentara, dan aku juga pernah beberapa kali menerima penghargaan karena berjasa." "Aduh, anjing ini betul-betul bisa bicara lho," tetangga itu tiba-tiba nampak kebingungan, "lalu mengapa kamu mau menjualnya dengan harga 5 dollar AS?" "Aku benar-benar sudah tidak tahan lagi menghadapi dia setiap hari selalu berbohong sedemikian!" kata tetangga itu sambil menghela napas panjang.
Read More ->>

Selasa, 03 September 2013

Download Game Tom Clancy's H.A.W.X.2 Full Crack For PC


Kali ini Arif akan bagikangame yang direquest oleh sahabat Arif dan baru bisa saya share karena harus admin uji terlebih dahulu gamenya apakah work atau tidak dan setelah terbukti work baru bisa saya share kepada sahabat Arif
Sahabat Arif sudah tau kan dengan game yang satu ini ? kalau belum tahu, game H.A.W.K.2 adalah game pesawat tempur yang dimana kita akan menyelesaikan banyak misi menggunakan pesawat.
Game Tom Clancy's H.A.W.X.2 ini adalah game yang dipublikasikan oleh ubisoft dan termasuk game yang cukup populer.
Jika sahabat Arif suka dengan game H.A.W.X yang pertama, maka sahabat Arif jangan sampai melewatkan game H.A.W.X.2 ini karena sudah tentu saja semakin seru daripada sebelumnya. dan grafhic juga lebih bagus.
Screenshot :
Minimum System Requirements :
  • OS: Windows XP/Vista/7
  • Processor: Intel Dual Core/AMD X2
  • Memory: 2GB
  • Hard disk space: 6GB
  • VGA: NVIDIA GeForce 8500GT/ATI Radeon HD2600
Link Download :
Cara Install :
  1. Mount menggunakan Daemon Tools
  2. Install Game via autoplay sampai selesai
  3. Install Updatenya
  4. Copy crack dan pastekan ketempat sobat menginstall game ini
  5. Enjoy.
Selamat mendownload dan bermain.
Read More ->>

468x60 Ads

Total Tayangan Halaman

Diberdayakan oleh Blogger.

Links

Copyright Text